-->

OBATGeneric

OBATGeneric adalah blog yang berisi informasi obat, artikel kesehatan sekitar ulasan seputar obat dan artikel umum,

Sunday, 30 October 2016

Cara Sterilisasi Menurut Farmakope Indonesia III dan FI IV


Cara Sterilisasi Menurut FI III & FI IV – Seperti pengertiannya bahwa Steril adalah keadaan suatu zat yang bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen atau nonpatogen. lalu kita akan bahas Cara Sterilisasi Menurut FI III, seperti berikut:
  1. Cara A (Pemanasan secara basah; autoklaf pada suhu 115°C – 116°C selama 30 menit dengan uap air panas).
  2. Cara B (dengan penambahan bakterisida).
  3. Cara C (dengan penyaring bakteri steril)
  4. Cara D (pemanasan secara kering; oven pada suhu 150°C selama 1 jam dengan udara panas).
  5. Cara aseptik (mencegah dan menghindarkan lingkungan dari cemaran bakteri seminimal mungkin).
Sedangkan Cara Sterilisasi Menurut FI IV adalah sebagai berikut:
  1. Sterilsasi uap. Sterilisasi cara ini memggunakan suatu siklus autoklaf yang didalam farmakope ditetapkan bahwa untuk media atau pereaksi adalah selama 15 menit pada suhu 121°C, kecuali dinyatakan lain.
  2. Sterilisasi panas kering. Sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus oven modern yang dilengkapi dengan udara yang dipanaskan dan disaring. Rentang subu khas yang dapat diterima di dalam bejana sterilisasi kosong adalah sekitar 15°C, jika alat sterilisasi beroprasi pada subu tidak kurang dari 250°C.
  3. Sterilisasi gas. Bahan aktif yang digunakan adalah gas etilen oksida yang dinetralkan dengan gas inert (CO2). Akan tetapi, gas etilen oksida ini memiliki keburukan, yaitu sangat mudah terbakar, bersifat mutagenik, dan kemungkinan meninggalkan residutoksik di dalam bahan yang disterilkan, terutama yang mengandung ion klorida. Sterilisasi gas ini digunakan sebagai alternatif sterilisasi termal, jika bahan yang akan disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi pada sterilisasi uap arau pabas kering. Proses sterilisasi berlangsung di dalam bejana bertekanan yang didesain seperti autoklaf dengan modifikasi tertentu. Salah satu keterbatasan utama proses sterilisasi dengan gas etilen oksida adalah terbatasnya kemampuan gas tersebut untuk berdifusi sampai ke daerah yang paling dalam pada produk yang disterilkan.
  4. Sterilisasi dengan radiasi ion. Ada dua jenis radiasi ion yang digunakan yaitu disintegrasi radioaktif dari radioisotop (radiasi gamma) dan radiasi berkas elektron. Pada kedua jenis ini, dosis yang menghasilkan derajat jaminan sterilitas yang diperlukan harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga dalam rentang satuan dosis minimum dan maksimum, sifat bahan yang disterilkan dapat diterima. Walaupun berdasarkan pengalaman dipilih dosis 2,5 megarad (Mrad) radiasi yang diserap, tetapi dalam beberapa hal, pengggunaan dosis yang lebih rendah untuk peralatan, bahan obat, dan bentuk sediaan akhir dapat diterima dan bahkan diinginkan. Untuk mengukur serapan radiasi dapat digunakan alat dosimeter kimia. Cara ini dilakukan jika bahan yang disterilkan tidak tahan terhadap sterilisasi panas dan terdapat kekhawatiran mengenai keamanan etilen oksida. Keunggulan sterilisasi ini adalah reaktifitas kimia dan residu yang rendah yang dapat diukur, dan variabel yang dikendalikan lebih sedikit.
  5. Sterilisasi dengan penyaringan. Sterilisasi untuk larutan yang labil terhadap panas dilakukan dengan penyarinagn menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba sehingga mikroba yang dikandungnya dapat dipisahkan secara fisika. Perangkat penyaring umumnya terdiri atas suatu matriks berpori bertutup kedap atau dirangkaikan pada wadah yang tidak permeabel. Efektivitas penyaring media atau penyaring substrat tergantung pada ukuran pori matriks, daya adsorpsi bakteri pada matriks tersebut dan mekanisme pengayakan. Penyaring yang melepaskan serat, terutama yang mengandung asbes, harus dihindari penggunannya kecuali jika tidak ada alternatif penyaring lain yang dapat digunakan. Ukuran posrositas minimal membran matriks tersebut berkisar antara 0,2-0,45 μm, tergantung pada bakteri apa yang hendak disaring, Penyaring yang tersedia saat ini adalah selulosa asetat, selulosa nitrat, flourokarbonat, polimer akrilik, polikarbonat, poliester, polivinil klorida, vinil nilon, politef, dan juga membran logam.
  6. Sterilisasi dengan cara aseptik. Proses ini untuk mencegah masuknya mikroba hidup ke dlam komponen steril atau komponen yang melewati proses antara sehingga produk setengah jadi atau produk ruahannya bebas dari mikroba hidup.

Cara Sterilisasi Menurut Farmakope Indonesia III dan FI IV

cara sterilisasi menurut fi iii, cara sterilisasi menurut fi 3, cara sterilisasi menurut farmakope indonesia edisi 3, cara sterilisasi menurut fi edisi 3, cara sterilisasi menurut fi edisi iv, cara sterilisasi menurut fi edisi 4, cara-cara sterilisasi menurut fi iii, cara sterilisasi menurut fi iv, cara sterilisasi menurut farmakope indonesia 3, cara sterilisasi menurut fi 4.
Sumber*Syamsuni, H. A. (2013). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

0 Komentar Cara Sterilisasi Menurut Farmakope Indonesia III dan FI IV

Post a Comment

Back To Top