Occupational Audiometry adalah pemeriksaan yang bertujuan
untuk mengetahui tingkat atau ambang batas pendengaran seseorang dan jenis
gangguannya bila ada. Pemeriksaan dilakukan dengan memakai alat audiogram nada
murni di dalam ruang kedap suara. Prinsip pemeriksaannya adalah bermacam-macam
frekuensi dan intensitas suara (dB) ditransfer melalui headset atau bone
conducter ke telinga atau mastoid dan batasan intensitas suara (dB) pasien yang
tidak dapat didengar lagi dicatat, melalui program komputer atau diplot secara manual pada
kertas grafik.
Kegunaan audiometric adalah untuk mengetahui derajat
ketulian ringan, sedang, atau berat. Dan untuk mengetahui jenis tuli konduktif,
tuli syaraf (sensorineural) atau tuli campuran. Biasanya pemeriksaan ini
ditujukan pada karyawan yang lingkungan kerjanya terpajan kebisingan (misal
dari bising mesin industri).
Syarat pemeriksaan occupational audiometry adalah pasien
dianjurkan bebas pajanan bising minimal 12—14 jam sebelum pemeriksaan. Misal
tidak berada diruangan bising, atau mendengar musik dengan volume tinggi. Dan
bebas kotoran telinga.
Berapa banyak pekerja yang mengalami tuli akibat kebisingan
di tempat kerja?
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun
2004 diperkirakan hampir 14% dari total tenaga kerja di negara industri
terpapar bising melebihi 90 dB di tempat kerjanya. Lebih dari 30 juta orang di
Amerika terpapar bising 85 Db atau lebih (NIOSH, 1998). Pada pertemuan konsultasi WHO-SEARO
Intercountry meeting 2002, menyebutkan bahwa kebisingan merupakan salah satu
yang menjadi masalah utama dalam penyebab terjadinya gangguan pendengaran di
Indonesia. Dan gangguan pendengaran akibat bising lingkungan kerja menduduki
proporsi terbanyak dibandingkan gangguan akibat bising lainnya. Di Indonesia
prevalensi ketulian sekitar 4,6 % atau sebanyak 16 juta orang dan gangguan
pendengaran sekitar 16,8% dari jumlah penduduk Indonesia. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Susanto (2012) pada tenaga kerja PLTD KA Samarinda ditemukan
bahwa 26 tenaga kerja (76,5%) tenaga kerja mengalami gangguan pendengaran, dari
total tenaga kerja sebanyak 34 orang.
Gangguan pendengaran akibat bising lingkungan kerja
(Occupational NIHL) diakibatkan karena paparan bising dengan paparan yang
kontinu atau intermiten dan biasanya berkembang dalam waktu lama/beberapa
tahun. Hal ini berbeda dengan trauma akustik akibat kerja yang terkena paparan
bising seketika seperti bising karena ledakan.
Upaya pencegahan terjadinya NIHL adalah dengan program
konservasi pendengaran. Yang salah satunya adalah rutin evaluasi pendengaran
dengan menggunakan audiometri.
Demikian ulasan Mengenal Pemeriksaan Occupational Audiometry
yang ditulis oleh dr. Andrian Purwo
Sulistyo ( dokter umum sekaligus sebagai dokter kesehatan kerja / occupational health doctor)
Sumber : amaliamedicalcenter.com/prod/audiometri,
2015. Penelitian Iwan M. Ramdan di PLTD Samarinda 2014. Occupational NIHL ACOEM
2012
0 Komentar Mengenal Pemeriksaan Occupational Audiometry
Post a Comment